May 9, 2012

Kuliah Pak Anies Baswedan di Jogja

Cerita ini bermula saat pulang kantor minggu kemarin, di lampu merah UPN ada pengumuman Roadshow Indonesia Mengajar (IM) bersama Anies Baswedan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dalam hati saya mikir "saya harus datang", sejenak lalu mengetikkan sms ke bos kajur untuk ijin mengawas dan ijin rapat fakultas, lalu mengetikkan twitter kali aja ada mahasiswa yang mau ikut (dan akhirnya ada 1 mahasiswa yang ikut :)).

Bapak Anies Baswedan, salah satu profil dosen yang saya kagumi, sebelum mengagumi IM, saya lebih dulu kagum dengan beliau. 
Selain mengadakan roadshow IM di UMY, beliau juga menjadi tamu di kuliah umum Milad Universitas Islam Indonesia (UII). Dan saya, hadir dikeduanya dengan jarak antar kampus yang lumayan :).

Pada tulisan kali ini, saya akan mencoba merangkum apa yang beliau sampaikan. Sebelum ke UMY, pak Anies lebih dulu hadir di UII. Di UII, beliau sebagai pembicara selaku tokoh nasional yang membahas tentang kepemimpinan islam, sedangkan di UMY beliau lebih menekankan pada Gerakan IM. Saya hanya mencatat hal-hal yang menarik bagi saya dalam bentuk poin-poin (walau sebenernya semua sangat menarik :) ). Semoga bermanfaat.


  • Awal pembicaraan, beliau mengingatkan kita agar melihat luasnya indonesia pada peta dunia secara lebih luas. Apa yang saya tangkap, bahwa kita seharusnya berfikir global dan lebih cermat. Tanpa kita sadari, kita selalu merasa bahwa bagian dunia lain atau yang sering kita sebut Luar Negeri (LN) itu jauh sekali, padahal mungkin jarak jakarta - singapore lebih dekat dari pada jakarta - papua. Atau mungkin jarak kalimantan - malaysia lebih dekat dari pada ke jawa :). kenapa hal ini menarik bagi saya? karena pada awalnya saya tidak kepikiran, ehmmmm bener juga ya?. Hal ini juga menyadarkan betapa luasnya indonesia, dan bukan tidak mungkin kita menginjakkan kaki di teritori negara lain :)
  • Yang paling saya sukai dari beliau adalah beliau tidak langsung mentah-mentah menyalakan pemerintah atas keadaan Indonesia. Ia tidak berkata buruk terhadap tanah airnya. Dengan tegas beliau berujar : "Pemerintah boleh buruk, tapi bangsa ini tidak terpuruk. Kritis pada pemerintah boleh, tapi jangan pesimis pada bangsa". Mungkin ini adalah langkah konkrit dari slogan Indonesia Mengajar "berhenti mengutuk kegelapan, nyalakan lilin". Beliau juga berpesan kepada para pengajar muda, jika ada orang pelosok mengeluhkan tentang pemerintah yang tidak becus mengatur pendidikan, katakanlah "pengajar muda adalah utusan bangsa", padahal tak sepeserpun gerakan ini dibiayai pemerintah.
  • Seperti pesan murabbi saya dulu, diperkuat dengan hasil kuliah seharian dengan pak Anies. Saya tertohok dengan kata-kata beliau *stop complaining*. Saya sering sekali menemui (termasuk saya), orang-orang yang terlalu banyak komplain dan menyalahkan orang lain tanpa berbuat apa-apa untuk memperbaiki. Hari ini pun saya membaca quote di tweet beliau berbunyi "complaining make US better, solutions will make US ALL better", soo,.. Stop complaining, Do something.
  • Pendidikan karakter yang saat ini sedang digembor-gemborkan harusnya lebih ditekankan di keluarga. Terutama dalam hal kejujuran, jangan menekankan pada aktifitasnya, tapi tekankan pada betapa berharga dan pentingnya sebuah "kejujuran", baik di keluarga maupun di sekolah, pembentukan karakter tidak bisa diberikan dalam bentuk kuliah, namun contoh dan tauladan :). Jika anda menjadi dosen atau guru penuh kesederhanaan, mahasiswa anda juga akan sederhana :).
  • Seorang mahasiswa bertanya, apa yang seharunya dilakukan mahasiswa (langkah nyata) agar bisa berkontribusi untuk bangsa dan negara ini. beliau menjawab, turunlah dan terlibatklah pada tantangan-tantangan lokal dan nyata. Misalnya mengisi kekosongan guru ngaji di kampung. Hal ini menarik, mengingat banyak mahasiswa yang menurut saya langsung "sok" menghakimi kesalahan pemerintah tanpa mau bertindak pada masalah-masalah lokal. Padahal masalah lokal itu akan membantu mahasiswa menghadapi masalah yang lebih besar suatu saat nanti :).
  • Pesan bagi para guru (dosen dll), jangan biasakan me-recycle materi kuliah. hehehe yang ini benar juga, beberapa dosen sering menggunakan materi yang dulu pernah didapatnya di kuliah (saya juga pernah eqeqeqeqeq) tanpa mementingkan "state of the art" dari materi yang ia berikan :). padahal mahasiswa sekarang tidak hidup dijaman sang dosen jadi mahasiswa :).
  • Yang ini, saya tertohok lagi saat beliau melontarkan : "siapa teman anda di FB? twitter? atau sosmed lain? apakah hanya temen SD, SMP, SMA dll" ini adalah salah satu permasalahan yang tidak disadari oleh orang, bahwa jaringan itu penting. Beberapa orang sering hanya memikirkan kelanggengan masal lalu, tanpa berfikir ke depan. haha saya juga gitu T.T
  • Saya masih ingat rekan sejawat (dosen) saya dikampus yang berujar "saya tok bu yang ndak punya mobil" lalu saya mengingat dosen saya di ITS yang hampir tidak pernah naik mobil ke kampus, manurut saya masuk akal mengingat beliau tinggal di rumah dinas dan dosen sustainability hehehe. Benar kata pak Anies "mobil adalah alat transportasi, bukan alat pengukur prestasi" :).
  • Saya bertanya dalam forum seminar kali ini, bagaimana memotivasi mahasiswa agar bertanggung jawab pada studinya. Beberapa mahasiswa mungkin menyadari betapa pentingnya aktifitas sosial, namun lupa pentingnya studi mereka (kehadiran, tugas, ujian dll). Saya memang tidak punya kharisma layaknya beliau hehehe,.. namun yang perlu diingat, ingatkan mahasiswa tidak dengan "sinis". Dan jangan lupa kita ini adalah pendidik, harus mengingatkan pada semua lapisan lini, termasuk dalam aktifitasnya. Jika dalam kuliah saja sudah tidak jujur dan tidak baik, maka kehancuran negara tak akan pernah berhenti.
  • Hal ini sedang saya rasakan, dan sangat terbukti. Seperti yang saya bilang, beliau dan gerakan IM adalah gerakan yang lebih memilih untuk menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Ibaratnya banyak sekali orang menyalahkan orang lain untuk aktifitas yang tidak seharusnya. Sebagian besar orang jika ada masalah akan berdiskusi, berasumsi lalu menyalahkan orang lain tanpa solusi. Mariiii jangan begitu, do something :).
  • Pendidikan bukanlah sebuah interaksi komersial, pendidikan bukan soal apa yang disampaikan dan apa yang diberikan, pendidikan bukan soal fasilitas yang bagus dan berteknologi tinggi, penidikan itu soal manusia, interaksi antar manusia, jadi fokuslah pada manusianya. Jika gurunya baik maka muridnya juga akan baik.Jika mengajar dengan hati, maka seharusnya para pendidik itu addictive untuk mengajar, pengajar akan senang tak terkira melihat anak didiknya memahami apa yang ia katakan :). so... priceless.
  • Beliau mengutip kata-kata michael angelo "Saya tidak khwatir jika anda gagal dalam mimpi, tapi saya khawatir jika mimpi anda terwujud dan mimpi anda itu rendah". Perhatikan skala, dimana posisi anda, dimana kompetitor anda,
  • Berapakah IPK yang seharusnya diperoleh oleh mahasiswa? tak ada patokan minimal nilai IPK, asal ia bisa digunakan untuk apply beasiswa Master, itu sudah cukup. Jadi, berapa besar IPK untuk apply beasiswa master? tergantung, beasiswa mana yang akan dibidik. See mbah gugel :P.
  • Ada yang tau apa komponen kimia intan permata dan apa komponen kimia batubara? perlu diingat bahwa batubara berwarna hitam dan intan terlihat begitu menyilaukan. Fungsi keduanya pun juga berbeda, yang satu sebagai perhiasan (berharga) yang satu sebagai bahan bakar (lebih tidak prestis). Tau tidak? pada dasarnya komponen kedua nya sama, namun yang membedakan adalah tempaannya, begitu juga manusia, akan lebi berharga jika mengerti tempaan yang ia jalani. mengambil dari mbak gugel ---- komposisi kimia dari batubara dan intan, dengan mengabaikan pengotoran oleh unsur-unsur lain, adalah sama - karbon. Perbedaan yang terjadi adalah hasil dari tekanan raksasa yang, pada satu titik, mengubah segumpal batubara menjadi bahan kalung para putri bangsawan. Untuk mengubah grafit yang jamak terdapat menjadi intan yang jarang dan mahal itu dibutuhkan tekanan sekurangnya 10.000 atmosfer dalam waktu yang luar biasa lama. Proses ini terjadi secara alami di bawah permukaan bumi. Di tahun 1955, perusahaan monopoli besar GEC berhasil mengubah grafit menjadi intan dengan suhu 2.500oC, dan tekanan sebesar 100.000 atmosfer. Hasil yang sama dicapai tahun 1962, dengan suhu 5.000oC dan tekanan 200.000 atmosfer, yang langsung mengubah grafit menjadi intan, tanpa memerlukan bantuan katalis. Ini adalah intan sintetis, yang tidak digunakan untuk menghiasi leher para putri bangsawan, tapi untuk keperluan yang jauh lebih produktif - sebagai alat pemotong untuk keperluan industri. (http://www.marxist.com/materialisme-yang-dialektik.htm) ----
  • Apakah anda manusia yang suka minder dan bete kalau disama-samakan (saya iya). Jangan khawatir, dan jangan sedih, dibanding-bandingkan itu biasa. Dimanapun kita berada, kita bukanlah yang pertama, jadi wajar dan ini merupakan bagian dari kehidupan, dibandingkan dengan orang lain. Tidak ada di dunia ini yang super baru :).
  • Seorang mahasiswa bertanya apa cita-cita pak Anies waktu muda, beliau menjawab tidak punya cita-cita pasti. yang jelas pekerjaannya harus mencakup tiga kriteria : 1. Memungkinkan untuk beliau intelectually growing, 2. Mandiri secara finansial, 3. Memiliki dampak sosial ekonomi ke lingkungan. Dengan cerita panjang sejarah pekerjaannya, pekerjaan yang sekaranglah yang merangkum ketiga kriteria tersebut.
Sekian rangkuman saya :). Saya jadi paham kenapa begitu ketatnya pemilihan pengajar muda di IM. Memang harus dicari mahasiswa yang benar-benar bertanggung jawab, baik bagi dirinya dan orang lain (sering-sering baca blog IM) :). well, its night already,... thanks pak Anies. Dalam IM "setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi" berarti harusnya yang profesinya sebagai pengajar seumur hidupnya, jangan sampai hanya setahun menginspirasi hehehe (saat dikelas), tapi selamanyaaaa...... :)

2 komen:

Unknown said...

begitu nonton eFBi, dan liat postingan ini, saya langsung surprised,,
"waaaaaaaaaaaaaaahhhhhh....saya keduluaaaan!", ahahahahahah.
nice post!

semoga bu Yuli bisa ikut menginspirasi seperti pak Anies!
#hazeeeeekk... :)

Winda N.C said...

Ulasan yang menarik Yul, tapi saya berpikir mungkin kita harus lebih masuk ke ranah yang lebih fundamental, bahwa dosen bukan seorang pengajar dan proses di kampus bukan proses belajar-mengajar tapi adalah learning process alis proses belajar. Artinya baik dosen dan mahasiswa juga harus belajar, tugas dosen tidak hanya mengajar tapi dia juga harus mengajar. Asumsi dasarnya, sekali lagi bahwa mahasiswa adalah entiti yang dewasa dan sebagai konsekuensinya dia harus jadi pribadi yang bisa membedakan mana yang baik dan buruk serta independen. Dosen hanya sebagai fasilitator dia belajar dan tidak ngajari. Kalo ngajari itu tugasnya tutor dan asisten. Dia harus bisa memotivasi mahasiswa untuk belajar dan yang lebih penting adalah seorang dosen harus mempunyai panggilan jiwa, tidak hanya sekedar titel dan profesi. Kalo itu terjadi maka dia jadi dosen hanya ingin cari uang, bukan membuat "INDONESIA BELAJAR". Semoga berkenan.

Powered by Blogger.