Dec 27, 2012

Diskusi dengan Pak Dosen (1)

1 komen

Seharusnya postingan ini sudah jatuh tempo, tapi baru sempat ditulis, semoga tak ada kompensasi dibalik keterlambatan ini :).

Beberapa bulan yang lalu saya sempat berdiskusi dengan dosen saya waktu masih S1. Tentang seekor semut imut-imut yang baru memasuki komunitas semut yang sebenarnya. Sejak TK, SD, SMP, SMA, S1, dan S2 saya memperhatikan (dan masih ingat betul personilnya), beberapa orang cenderung akan lebih sering bersama dengan orang-orang yang merasa cocok dengannya, layaknya semut, ia akan membentuk koloni dan berusaha sekuat tenaga mensejahterakan anggota koloninya. Masing-masing koloni mempunyai kepentingan dan kadang secara langsung maupun tidak langsung acuh tak acuh terhadap koloni lain. Lalu bagaimana jika ada semut baru yang masih imut imut datang ingin bergabung? mana koloni yang akan dipilih? jika semut itu membawa misi perdamaian (walau secara kasat mata masing-masing koloni tidak sedang perang hehehe), dan berusaha untuk tidak memihak salah satu koloni, apa yang harus ia lakukan? haruskah ia bergabung salah satunya? jika ia bergabung salah satu, lalu yang lain membencinya? belum lagi si semut harus beradaptasi dengan segalanya, baik tempatnya, kebijakannya, dan semut-semut lainnya. sedangkan si semut imut-imut hanya mempunyai kekuatan selemah-lemah iman, yaitu berdoa :D.

Dalam diskusi itu pak dosen mengatakan kepada saya, kira-kira sis semut mau ngapain? apakah misi perdamaiannya akan  hancur karena ia luluh pada salah satu koloni? atau ia akan menjadi pelanduk yang mati ditengah-tengah? laksana peribahasa "gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati ditengah-tengah". Tentu tidak mau bukan? siapa yang mau menjadi semut yang tak berguna, tak berarti apa apa. Beliau berujar, yang harus dilakukan si semut adalah menjad pandai, cerdik, cerdas dan disegani (intinya begitu). Si semut harus membuat mapping tentang kelemahan dan kelebihan dirinya, tentang keadaan koloni yang ada dan mencari celah dimana ia bisa diterima. Pelajari segalanya agar bisa melihat lebih lebar, melihat lebih luas lagi apa yang sebenarnya terjadi dan mana yang baik benar tanpa harus memihak salah satu, lebih bagus lagi jika ia mempunyai temen semut yang juga netral, alias non koloni. Pantaskan diri untuk disegani, buat target pribadi, target pencapaian yang membuat si semut berarti, yang secara ekstrimnya, sebuah acara atau kegiatan tak mungkin bisa jalan tanpa dia. Semut semut lain akan segan dan membutuhkan si semut imut-imut jika ia memang serius dan mempunyai "portable equity" yang baik. Tapi ingat, jalan menuju kesana tidaklah mudah, sekali lagi,.. harus bisa mapping dan mempunyai target pencapaian yang jelas, kalau perlu buat KPI (Key Performance Indicator) nya hehehehe,... Dan saat ini sis emut imut imut masih belajar beradaptasi dan berusaha sekuat tenaga agar mau membuat target. Membuat mapping dan beberapa usaha sih sudah, hanya saja, kadang masih dikuasai emosi yang membuatnya gamang. Wajar,.... karena si semut masih imut imut dan baru memasuki komunitas yang baru. Layaknya sunatullah, ia akan selalu mencari cara dan belajar untuk mensukseskan misi perdamaian dunia hahahaa,...


***Kalau Pak Winda (Dosen saya) membaca, maaf ya pak kalau belum sesuai dengan diskusi, tapi saya nangkep maksudnya kok pak :D. Btw, sebenernya tidak cocok mengambil semut sebagai kambing hitam (ya iyalahhhh, masak semut jadi kambing, walaupun sama sama item :p), karena semut adalah makhluk yang rukun dan dermawan ternyata,... liat aja disini http://kisahmuslim.com/fenomena-kehidupan-sosial-semut






Orang yang lebih bodoh dari keledai

0 komen
Saya hampir tidak pernah mngutip posting blog orang lain untuk saya tulis di blog, hari ini browsing nemu posting menarik, saya copy paste dari : http://kisahmuslim.com/.

قال ابن القيم رحمه الله : من هداية الحمار -الذي هو ابلد الحيوانات – أن الرجل يسير به ويأتي به الى منزله من البعد في ليلة مظلمة فيعرف المنزل فإذا خلى جاء اليه ، ويفرق بين الصوت الذي يستوقف به والصوت الذي يحث به على السير فمن لم يعرف الطريق الى 
منزله – وهو الجنـــة – فهو أبلد من الحمار

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, 

“Salah satu kelebihan keledai –padahal ia adalah hewan paling pandir-  bahwasanya seseorang berjalan membawanya kerumahnya dari tempat yang jauh dalam kegelapan malam, maka keledai itu bisa mengenal rumah tersebut. Apabila dilepaskan (dalam kegelapan) dia bisa pulang kerumah tersebut, serta mampu membedakan antara suara yang memerintahkannya berhenti dan yang memerintahkan berjalan. Maka barangsiapa yang tidak mengenal jalan kerumahnya –yaitu surga– dia lebih pandir dari pada keledai. (Syifaul ‘Aliil: 1/74)

Semoga kita semua menjadi orang yang tau kemana jalan pulang dan memilih sebaik baik dan sebenar-benarnya jalan (sebuah ikhtiar) amin ya Rabb......

Keterangan : Pandir : Bodoh


Dec 3, 2012

Ar Rum : 21

0 komen
you can acces Al-Quran online, by clicking www.quran.com :).
reading seriously this surah and ayah (30:21) before I left this room to teach my students,..... :)


Powered by Blogger.